Analisis Kerjasama Perdagangan Barang Indonesia-Uni Eropa
Dalam Kerangka ASEAN-European Union FTA
Visi ASEAN 2020 adalah ASEAN yang berwawasan ke depan dan akan memainkan peran penting dalam masyarakat internasional dan memajukan kepentingan bersama ASEAN. Pada ASEAN Economic Ministers (AEM)–European Union Trade Commisioner Consultations Ke-13 yang dilaksanakan pada bulan April 2015 di Kuala Lumpur-Malaysia, ASEAN dan Uni Eropa sepakat untuk meningkatkan kerjasama. Salah satu kesepakatan kedua pihak adalah kerjasama dalam bentuk ASEAN-EU Free Trade Agrement (ASEAN-EU FTA). Saat ini Indonesia juga akan memulai perundingan Indonesia- European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA) dengan target liberalisasi perdagangan barang sebesar 95%.
Analisis ini bertujuan untuk menganalisis manfaat dan biaya dari kerjasama perdagangan barang yang memberikan hasil terbaik bagi ASEAN khususnya Indonesia.
Hasil seluruh simulasi menunjukkan bahwa rencana pembentukan ASEAN–EU FTA akan memberikan manfaat bagi Indonesia dilihat dari indikator-indikator ekonomi makro yaitu dari tingkat kesejahteraan, GDP riil dan investasi. Peningkatan kesejahteraan, GDP riil maupun investasi tertinggi terjadi pada simulasi penurunan tarif 100% (full liberalisasi), disusul simulasi penurunan tarif 70% dan terakhir 50% . Namun, biaya yang harus ditanggung adalah neraca perdagangan Indonesia pada keseluruhan simulasi mengalami defisit. Defisit tertinggi terjadi pada simulasi penurunan tarif 100% disusul simulasi penurunan tarif 70% dan 50%. Defisit neraca perdagangan disebabkan impor barang modal dan barang berteknologi tinggi yang diperlukan Indonesia untuk berproduksi.
Walaupun dilakukan penurunan sampai dengan 100%, tetapi jaminan untuk peningkatan ekspor ke Uni Eropa masih terkendala adanya hambatan non tarif, antara lain: sertifikat Sustainable Forest Management (SFM) untuk produk kayu, labeling untuk produk kimia, farmasi, dan kosmetika dan REACH untuk produk kimia. Upaya yang dapat dilakukan adalah peningkatan standar dan mutu agar memenuhi persyaratan yang diterapkan melalui capacity bulding dan mutual recognition agreement dalam mengatasi perbedaan regulasi antara ASEAN/Indonesia-EU.
Rencana pembentukan ASEAN – Uni Eropa FTA akan memberikan manfaat disatu sisi bagi Indonesia, namun disisi lain ada yang biaya yang harus ditanggung oleh Indonesia. Manfaat terbaik akan diperoleh Indonesia dalam ASEAN–EU FTA apabila dilakukan penurunan tarif sampai dengan 100% (liberalisasi penuh), namun untuk implementasi dapat mengikuti target penurunan tarif dalam Indonesia-EU CEPA yaitu penurunan tarif sebesar 95%. Dari hasil kajian ini dihasilkan juga rekomendasi kebijakan untuk pemerintah Indonesia, antara lain:
1.Hasil simulasi menunjukkan keterbukaan perdagangan seiring dengan pertumbuhan konsumsi masyarakat Indonesia dan permintaan mitra dagang namun sektor-sektor domestik belum mampu merespon peningkatan permintaan sehingga menyebabkan peningkatan impor relatif lebih tinggi dibanding peningkatan ekspor;
2.Kesiapan sektor-sektor ekonomi merupakan syarat mutlak apabila Indonesia ingin menjadi pemenang dalam ASEAN – Uni Eropa FTA, bukan hanya sekedar pasar bagi Uni Eropa;
3.Peningkatan daya saing sangat diperlukan agar komoditas Indonesia mampu menembus pasar Uni Eropa;
4.Walaupun dilakukan penurunan tarif 95% sampai dengan 100%, tetapi jaminan untuk peningkatan ekspor ke Uni Eropa masih terkendala adanya hambatan non tarif;
5.Peningkatan kualitas infrastruktur ekspor, seperti peningkatan kualitas paska panen, packing dan handling serta penguatan laboratorium uji mutu diperlukan untuk meningkatkan daya saing ekspor barang Indonesia sehingga dapat menembus pasar ekspor Uni Eropa.