Analisis
Kerja Sama Perdagangan Indonesia – Oman Dalam Kerangka Preferential Trade
Agreement (PTA)
Sesuai dengan instruksi Presiden
Republik Indonesia untuk meningkatkan ekspor Indonesia maka diperlukan
perluasan pasar tujuan ekspor ke pasar non tradisional, seperti wilayah Afrika,
Timur Tengah dan Amerika Latin. Sehingga perlu dilakukan hubungan kerja sama
perdagangan Indonesia dengan Oman yang berada di Kawasan Timur Tengah. Hubungan
antara Indonesia dengan Oman secara resmi telah dibangun pada tahun 1978.
Pada tanggal 30-31 Maret 2016,
kunjungan misi dagang terpadu dari Indonesia ke Muscat telah menghasilkan
kontribusi positif bagi upaya peningkatan hubungan perdagangan bilateral.
Kegiatan misi dagang ini bertujuan untuk membuka kerjasama bilateral yang lebih
dekat lagi dengan Oman. Kemudian pada tanggal 27-31 Juli 2016, delegasi dagang
Oman berkunjung ke Indonesia dengan membawa 11 (sebelas) pelaku usaha di
berbagai bidang, seperti bahan bangunan, ban dan suku cadang kendaraan, makanan
dan pertambangan. Dari hasil kunjungan misi dagang ini, Pemerintah Oman
menawarkan peluang kepada investor Indonesia khususnya untuk menjadikan Oman
sebagai basis produksi (hub) untuk pasar di kawasan Timur Tengah, Asia Tengah
dan Afrika Timur.
Selanjutnya, disela-sela KTT IORA di
Jakarta pada maret 2017 pemerintah Oman kembali mengungkapkan keinginannya
untuk mengembangkan hubungan bilateral antara Indonesia dan Oman. Pada tanggal
28 Agustus 2019 dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU)
antara Indonesia dengan GCC yang sepakat untuk melakukan pembentukan pengaturan
kerangka kemitraan ekonomi Indonesia-GCC termasuk menjajaki kemungkinan
perjanjian FTA maupun CEPA. Namun demikian Indonesia harus memastikan kembali
mengenai status Oman yang merupakan anggota GCC, sebagai suatu bentuk entitas
kerja sama regional di Kawasan Timur Tengah.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran perdagangan antara Indonesia dan Oman dan produk unggulan Indonesia di
pasar Oman. Diharapkan analisis ini dapat digunakan sebagai rekomendasi kerja sama
perdagangan Indonesia-Oman lebih lanjut. Dalam analisis ini digunakan metode indeksasi
perdagangan dan partial equilibrium (PE) sebagai gambaran dampak PTA Indonesia
– Oman.
Selama periode 2013-2018, total
perdagangan Indonesia dengan Oman didominasi oleh sektor non-migas dengan tren
positif sebesar 6,1% per tahun. Total perdagangan non-migas Indonesia dengan
Oman di tahun 2018 mencapai USD 671 juta atau naik sebesar 29,6% dibandingkan
tahun sebelumnya. Kinerja ekspor non migas Indonesia ke Oman selama 2013-2018
menunjukkan peningkatan rata-rata sebesar 6,6% per tahun. Pada tahun 2018,
ekspor non migas Indonesia ke Oman sebesar USD 321,7 juta atau mengalami
kenaikan 25% dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD 257,3
juta.
Kinerja impor non-migas Indonesia
dari Oman selama 2013-2018 menunjukkan kenaikan rata-rata sebesar 8.1% per
tahun. Pada tahun 2018, impor nonmigas Indonesia dari Oman sebesar USD 348,9
juta atau mengalami peningkatan 34,1% dibandingkan tahun 2017. Neraca
perdagangan Indonesia dengan Oman surplus pada tahun 2014-2016, akan tetapi
defisit pada 2017 dan 2018. Pada tahun 2017 Indonesia mencatatkan defisit
perdagangan sebesar USD 2,8 Juta, sedangkan pada 2018, Indonesia kembali
mencatat defisit perdagangan dengan Oman dengan nilai mencapai USD 27,2 juta.
Pada tahun 2018, ekspor Indonesia ke
Oman mencapai USD 322 Juta dengan pangsa sebesar 0,18% terhadap total ekspor
Indonesia ke dunia. Oman menempati urutan ke-39 sebagai tujuan ekspor
Indonesia. Komoditi ekspor utama non migas Indonesia ke Oman masih didominasi
oleh produk industri primer, dimana CPO dan turunannya (HS 151190) yang
memberikan kontribusi ekspor sebesar 34,7% pada tahun 2017. Tren pertumbuhan
ekspor produk tersebut juga terus mengalami peningkatan rata-rata 7,5% per
tahun selama 2013-2017. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang (HS 870323)
menduduki peringkat kedua sebagai produk ekspor non migas terbesar Indonesia ke
Oman dengan pangsa mencapai 22,6% di tahun 2017. Kendaraan bermotor dengan kode
HS 870322 berada di urutan ketiga ekspor ke Oman tahun 2017 dengan pangsa
sebesar 9,6%. Duapuluh komoditi utama ekspor Indonesia berkontribusi sebesar
91,15% dari total seluruh ekspor Indonesia ke Oman.
Dari sisi impor, pada tahun 2018 impor
Indonesia dari Oman mencapai USD 349 juta dengan pangsa hanya 0,2% terhadap
total impor Indonesia dari dunia. Oman menempati urutan ke-44 sebagai negara
asal impor nonmigas Indonesia. Impor nonmigas Indonesia dari Oman naik
rata-rata 4,8% per tahun sepanjang 2013-2018. Produk impor utama non migas yang
paling banyak dibutuhkan Indonesia dari Oman adalah produk setengah jadi dari
besi maupun baja (HS 720719 dan HS 720720) yang memberikan kontribusi impor
sebesar 38,64% dan 20,35% pada tahun 2018. Methanol (HS 290511) menduduki
peringkat ketiga sebagai produk impor nonmigas terbesar Indonesia dari Oman
dengan pangsa mencapai 17,26% di tahun 2018. Duapuluh komoditi utama impor
berkontribusi sebesar 99,97% dari total seluruh impor Indonesia dari Oman
Berdasarkan hasil analisis, tingkat
kesesuaian ekspor Indonesia terhadap struktur impor Oman lebih rendah
dibandingkan ekspor Oman terhadap struktur impor Indonesia. Hal ini menunjukkan
produk ekspor Oman memiliki kemampuan yang lebih baik untuk memenuhi permintaan
impor Indonesia dibandingkan produk ekspor Indonesia memenuhi permintaan impor
Oman. Hasil perhitungan indeksasi RSCA bilateral antara Indonesia dan Oman menunjukkan
bahwa Indonesia memiliki daya saing di pasar Oman pada sektor animal and animal
product; vegetable products; foodstuffs; chemical and allied industries;
plastics/rubber; raw hides, skins, leather, and funs; wood and wooden products;
textile; footwear/headgear; stone/glass; metals; machinery/electrical, dan
transportation. Sedangkan Oman memiliki daya saing di pasar Indonesia untuk
sektor mineral products dan miscellaneous.
Untuk melihat potensi dampak kerja sama
perdagangan antara Indonesia dan Oman dihitung dengan simulasi partial
equilibrium dengan pemotongan tarif hingga 0% untuk semua produk. Berdasarkan
hasil simulasi, terlihat bahwa Indonesia akan mengalami peningkatan impor
sebesar USD 1,6 juta, sementara Oman akan mengalami kenaikan impor sebesar USD
6,9 juta. Selain itu, dampak pemotongan tarif akan memberikan kesejahteraan
dalam bentuk surplus konsumen. Untuk Indonesia peningkatan kesejahteraan akan
sebesar USD 49 ribu sementara Oman sebesar USD 153 ribu.
Dalam penyusunan request list, terdapat
200 produk yang menjadi indikasi dengan nilai impor Oman dari Indonesia sebesar
USD 113,3 juta. Struktur tarif yang di request penurunan tarif dari Oman
seluruhnya tarif 5% karena sebanyak 99% perdagangan Indonesia dengan Oman
berada pada tarif tersebut. Sedangkan terdapat 200 produk prioritas yang
menjadi indikasi offer list Indonesia untuk Oman dengan kisaran tariff
5-10%. Berdasarkan besaran tarif struktur indikasi offer list Indonesia
terdiri dari tarif kurang dari atau sama dengan 5% sebanyak 145 pos tarif; dan
lebih dari 5%-10% sebanyak 55 pos tarif. Mempertimbangkan hasil analisis,
Indonesia dapat menginisiasi kerja sama perdagangan dengan Oman melalui
pembentukan PTA.