Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang
paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak azasi manusia yang
dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Indonesia tahun 1945. Pemenuhan kebutuhan
pangan juga terkait dengan upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat
sehingga diperoleh kualitas sumberdaya Indonesia yang mempunyai daya saing yang
tangguh dan unggul sebagai bangsa, Disisi lain masalah kerawanan pangan masih
merupakan isu penting yang harus segera ditangani. Pada skala dunia, FAO (2010)
memperkirakan lebih dari 900 juta penduduk dunia masih akan terancam kelaparan
dan rawan pangan. Hal ini dikarenakan saat ini pangan tidak hanya berfungsi
sebagai pangan tetapi juga bahan baku industri biofuel sehingga terjadi
persaingan di dalam penggunaannya. Menurut USDA dan Goldman Sachs Commodities
Research (2014), sejak tahun 2000 hasil pertanian tidak hanya dibutuhkan untuk
kebutuhan pangan dan pakan, tetapi juga untuk energi. Tetapi sampai 10 tahun ke
depan, kebutuhan hasil pertanian untuk pangan dan pakan masih akan tetap
dominan. Hasil penelitian Puska PDN (2013) juga menunjukkan bahwa antara
permintaan dan penawaran beberapa pangan sampai dengan 2050 gap-nya semakin
besar dimana tingkat permintaan lebih besar daripada penawaran. Kondisi
tersebut memungkinkan ketergantungan impor semakin tinggi. Artinya, dinamika
pangan di dalam negeri akan sangat dipengaruhi oleh dinamika pangan di luar
negeri. Selain itu, kondisi lingkungan global juga menjadi tantangan berat di
dalam pemenuhan kebutuhan pangan di dalam negeri. Menurut Firmansyah (2012),
perekonomian Indonesia pada tahun 2012 telah menerima dampak atas pelemahan
ekonomi global, secara akumulatif Januari-November 2012, deficit Neraca
Perdagangan Indonesia (NPI) mencapai 1,33 miliar dollar AS dengan nilai impor
mencapai 176,09 miliar dollar AS dan ekspor sebesar 174,76 miliar dollar AS,
Pada 2013, potensi ancaman krisis dunia masih tetap tinggi yang bersumber pada
pemulihan krisis di Zona Eropa dan pelemahan ekonomi Amerika Serikat akibat
program pengetatan belanja publik dan kenaikan pajak. Selain itu juga, akibat
adanya perubahan iklim dan cuaca ikut meningkatkan volatilitas harga pangan
dunia, Dampak lingkungan global cukup besar terhadap harga pangan di dalam
negeri. Contoh Indonesia mendapatkan ujian dari meningkatnya harga sejumlah
komoditas pangan dunia seperti kedelai akibat tidak tercapainya target produksi negara penghasil utama, Salah satu
faktor yang menyebabkan hal ini yaitu kekeringan yang terjadi di Amerika
Serikat ditambah dengan aksi borong negara importer untuk mengamankan pasokan
dalam negerinya. Kondisi ini berdampak pada kedelai impor naik cukup tinggi dan
harga kedelai dalam negeri melonjak. Resiko akan hal ini masih akan tetap
tinggi mengingat unpredictability perubahan iklim dan cuaca pada 2014.
Peningkatan kebutuhan konsumsi pangan pasti akan terjadi seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk. Jumlah penduduk tahun 2010 sebesar 237,5 juta
jiwa, dimana 53,45% berada di Pulau Jawa dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49%,
(BPS, 2011). Diperkirakan pada tahun 2019, penduduk Indonesia berjumlah 250
juta. Di satu sisi alih fungsi lahan pertanian di Indonesia cenderung meningkat
dari penggunaan pertanian ke non pertanian. Padahal sektor pertanian memiliki
peran strategis sebagai lokomotif pembangunan nasional karena berkontribusi
secara nyata dalam penyediaan pangan bagi lebih dari 245 juta penduduk di
negeri ini dan secara empiris telah terbukti mampu meredam dari krisis pangan.
Kebijakan pembangunan pertanian nasional yang dituangkan dalam Rencana
Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010 – 2014, diarahkan untuk mencapai
empat target sukses, yaitu: (1) Pencapaian Swasembada untuk komoditas kedelai,
daging, gula dan Swasembada Berkelanjutan untuk komoditas beras dan jagung; (2)
peningkatan Diversifikasi Pangan; (3) Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan
Ekspor, (4) peningkatan kesejahteraan petani. Dari sisi produksi, telah
disadari bahwa untuk mencapai program tersebut, tidaklah mudah dengan masih
adanya beberapa permasalahan mendasar untuk pembangunan pertanian dan
peningkatan ketahanan pangan.
Mengacu pada upaya kebijakan pemerintah jangka
menengah dan panjang hingga tahun 2019 yaitu menjaga stabilisasi harga, menjaga
defisit neraca perdagangan tidak semakin memburuk serta good governance perlu
penelahaan pasar pangan secara komprehensif serta kebijakan terkait sehingga
tercipta daya siang produk dan accessibility pangan. Oleh karena itu, dalam
rangka memperbaiki kondisi pasar pangan di dalam negeri periode tahun 2015-2019
outlook pangan yang dapat memberikan gambaran dinamika kondisi pangan di dalam
negeri dan luar negeri secara komprehensif sangat penting. Implikasi dari
outlook tersebut adalah mendapatkan gambaran langkah-langkah kebijakan yang
harus menjadi prioritas dalam memperbaiki kondisi pasar pangan di dalam negeri.
Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan (1) menggambarkan kondisi pasar pangan
di dalam negeri dan luar negeri khususnya periode 2008-2013, (2) menyusun
outlook pangan tahun 2015 -2019 baik untuk pasar luar negeri maupun dalam
negeri. Serta (3) memberikan rekomendasi kebijakan guna memperbaiki pasar
pangan di Indonesia
Prospek/outlook pangan selama tahun 2015-2019
dengan memperhatikan beberapa faktor strategis, baik faktor secara global
maupun domestik kondisi pangan di dalam negeri tidak luput dari harga yang
berfluktuasi serta ketergantungan terhadap produk impor. Kondisi pangan dunia
yang dalam lima tahun ke depan mengalami peningkatan namun lebih lambat,
seperti kedelai, beras dan daging sapi. Hal ini karena upaya peningkatan
produksi seiring dengan perluasan lahan di sektor non pertanian sehingga
terjadi alih fungsi lahan. Disamping itu, terbatasnya produksi pangan dunia
telah mendorong negara-negara sebagai produsen utama menetapkan
kebijakan-kebijakan yang lebih bersifat restriktif untuk melindungi produknya.
Sementara negara pengimpor akan semakin mengalami kesulitan untuk mencari
alternative pemenuhan produk jika kebijakan ketahanan pangan di dalam negeri
tidak dibenahi. Seperti Indonesia, yang hampir produk pangannya impor. Masih
dari sisi produksi, dampak perubahan iklim yang ekstrim serta Elnino akan
mempengaruhi produksi domestic dan juga produksi dunia. Saat ini negara-negara
maju tengah berlomba untuk melakukan efisiensi dari sisi produksi dengan
berbagai inovasi teknologi serta menajemen distribusi/logistik yang memadai
dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya,. Beberapa kebijakan yang
perlu dibenahi dalam peningkaan produksi serta stabulisasi harga pangan di
dalam negeri dalam menjaga inflasi pangan penting, terutama aspek pasokan,
pengawasan distribusi serta manajemen stok dengan lebih memperhatikan aspek
“supply chain” . Negara-negara maju terus mencari upaya-upaya kreatif dalam
mengenalkan “low-cost food products” serta pengembangan sistem didtribusi dan
pemasaran melalui pendekatan manajemen rantai pasok (SCM) baik melalui
pengembangan sistem distribusi dan pemasaran konvensional maupun melalui sistem
rantai dingin (cold chain).