PEMETAAN HASIL JOINT FEASIBILITY STUDIES (JFS) ASEAN-CANADA
FREE TRADE AGREEMENT (FTA): SUDUT PANDANG INDONESIA
2018
Pada pertemuan Senior Economic Officials Meetings (SEOM) ke-8 tanggal 30 Juni 2016
di Laos, ASEAN dan Kanada mengkomitmenkan untuk melakukan feasibility study (FS) dalam kerangka kerjasama ASEAN-Canada FTA. Feasibility study dilakukan oleh pihak Kanada (Tim
Global Affair Canada) dan ASEAN (dilakukan oleh pihak ketiga yakni Economic
Research Institute for ASEAN and East Asiaatau ERIA). Sedangkan Indonesia juga melakukan studi internal mengenai biaya dan manfaat bagi Indonesia
dengan mengadopsi sebahagian skenario simulasi yang dilakukan ERIA yang
dilakukan oleh BPPP-Kemendag di tahun 2017.Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan
pemetaan hasil dari masing-masing studi yang telah dilakukan untuk dapat
memberikan gambaran yang akan menjadi bahan pertimbangan posisi dan strategi
Indonesia dalam menanggapi usulan pembentukan kerjasama perdagangan ASEAN-Canada FTA.
Dari analisa yang dilakukan oleh BPPP
Kemendag, ERIA, dan pihak Kanada, ketiganya menyimpulkan bahwa perekonomian
Indonesia akan mendapatkan manfaat yang positif dari kerjasama ini. Namun tetap
perlu diperhatikan bahwa secara relatif dengan negara-negara lain di ASEAN,
dampak positif yang didapat Indonesia masih sangat kecil.
Indonesia akan worse-off apabila
memilih opsi untuk tidak tergabung dalam ASEAN-Canada FTA, sementara
negara-negara lain yang bergabung dalam FTA ini akan memperoleh peningkatan GDP
riil dengan besaran peningkatan yang bervariasi.
Hasil estimasi model ASEAN yang
disajikan untuk tiap-tiap negara pada FS secara umum sejalan dengan apa yang
diestimasi pada studi BPPP-Kemendag (2017) yang menyimpulkan bahwa terdapat
manfaat yang positif dari adanya FTA ASEAN-Kanada terhadap perekonomian
Indonesia. Namun demikian, jika dibandingkan dengan dampak positif terhadap
negara-negara lain di kawasan ASEAN, maka dampak positif terhadap perekonomian
Indonesia tergolong sangat kecil.
Studi yang dilakukan BPPP Kemendag
(2017), memetakan sektor-sektor yang perlu mendapat perhatian sebagai dampak
apabila Indonesia bergabung dalam ASEAN-Canada FTA. Indikator yang digunakan
dalam menentukan pengelompokan tersebut adalah output sektoral dan neraca
perdagangan. Ketiga sektor tersebut dikelompokkan sebagai berikut : (1).
Kategori "aman" (output positif serta neraca perdagangan yang
positif) meliputi sayuran dan buah, tanaman pangan, kendaraan bermotor, minuman
dan produk tembakau; (2). Kategori "pengawasan" (output negatif
tetapi neraca perdagangan positif dan sebaliknya output positif tetapi neraca
perdagangan negatif) meliputi beras dan padi-padian, minyak bijian, binatang
ternak, gula tebu, gula bit, besi dan baja; serta (3). Kategori
"tertekan" (output negatif serta neraca perdagangan negatif) meliputi
gandum, serat tanaman, minyak sayur, produk kulit, produk kertas, dan tekstil.
Sektor-sektor yang masuk dalam kategori
"pengawasan" dan "tertekan" sejatinya merupakan bahan baku
dan juga barang modal yang digunakan untuk input industri. sehingga keberadaan
nya tetap diperlukan dalam kegiatan impor. Kami merekomendasikan Indonesia
bergabung dalam ASEAN-Conoda FTA dengan memperjuangkan sektor di kategori
“aman”.