Kajian ini bertujuan untuk menganalisis usulan kebijakan penurunan tarif bea masuk Biji Kakao dan alternatif kebijakan yang dapat diterapkan selain penurunan tarif bea masuk. Data
yang digunakan terdiri data primer dan sekunder. Data primer dari survey dan FGD dianalisismenggunakan menggunakan rumus elastisitas untuk menghitung dampak penurunan tariff iimpor dari 5% menjadi 0%. Elastisitas produksi (atau elastisitas impor atau elastisitaskonsumsi) yaitu persentase perubahan jumlah yang di produksi (atau yang diimpor atau yang dikonsumsi) jika terjadi perubahan harga kakao. Penurunan tarif bea masuk Biji Kakao akan menyebabkan harga dalam negeri turun dan membuat petani yang tidak efisien akan berhenti berproduksi sehingga produksi Biji Kakao nasional akan turun. Disamping itu, industri pengolahan Kakao akan meningkatkan produksinya akibat turunnya harga Biji Kakao. Dengan peningkatan produksi diharapkan akan meningkatkan ekspor hasil olahan Kakao sekaligus substitusi impor untuk mengisi pasar Kakao olahan dalam negeri yang selama ini diisi oleh Kakao olahan asal impor. Dari sisi penerimaan pemerintah dari pajak impor berkurang sebesar Rp 210.73 milyar/tahun, namun dapat disubstitusi dari Pajak Penghasilan (PPh) badan dari peningkatan pendapatan industri pengolahan biji kakao.