Analisis Kelayakan Kerja Sama Indonesia – EAEU Free Trade Agreement (FTA)
Indonesia dan negara-negara Eurasia yang tergabung dalam Eurasian Economic Union (EAEU) menjajaki kemungkinan untuk diadakannya Free Trade Agreement (FTA). Inisiasi diawali pada pertemuan antara Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Enggartiasto Lukita dengan Dewan Menteri EAEU dalam acara Trade Expo Indonesia di Jakarta pada Oktober 2019. Sebagai tindak lanjut, RI dan EAEU sepakat untuk melakukan studi kelayakan bersama (joint feasibility study group) pada 28 September 2020.
Indonesia dan EAEU memiliki hubungan yang erat dan luas mencakup politik, ekonomi, sosial budaya, dan masyarakat. Hubungan bilateral keduanya telah terjalin dalam beberapa tahun terakhir sebagaimana kerja sama bilateral dalam perdagangan. Meskipun kerja sama perdagangan ini telah berjalan dalam beberapa tahun terakhir, masih terdapat ruang untuk meningkatkan kerja sama agar semakin baik. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai perdagangan RI dengan EAEU terhitung sebesar 2,3 miliar dolar Amerika pada 2019. Namun demikian nilai tersebut menurun pada 2020 dengan adanya pandemi Covid-19 tetapi diharapkan untuk kembali pulih pada 2021.
Dalam periode tiga tahun terakhir, Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan EAEU. Namun besaran defisit ini cenderung terus menurun hingga menjadi -244,4 juta dolar Amerika pada 2020. Pada tahun 2020 nilai ekspor Indonesia ke EAEU sebesar 1.002,9 juta dolar Amerika, menurun dibanding ekspor 2019 sebesar 1.077,9 juta dolar Amerika. Impor Indonesia dari EAEU juga mengalami penurunan, pada tahun 2020 nilai impor sebesar 1.247,2 juta dolar Amerika sedangkan pada tahun 2019.
Ekspor Indonesia ke EAEU didominasi oleh ekspor non migas. Berdasarkan data dari Trademap, EAEU merupakan salah satu contoh pasar nontradisional yang menempati urutan ke 24 sebagai tujuan ekspor Indonesia ke dunia. Dalam tiga tahun terakhir ekspor Indonesia lebih didominasi oleh barang industri primer dengan nilai sebesar sebesar 563,70 juta dolar Amerika dan merupakan nilai terbesar dari periode tiga tahun terakhir. Dari segi komoditas, ekspor terbesar Indonesia ke EAEU adalah palm oil dengan nilai sebesar 478 juta dolar Amerika pada 2020 diikuti dengan kopi senilai 36,7 juta dolar Amerika atau pangsa pasar sebesar 51,4% dari total nilai ekspor Indonesia ke EAEU.
Dari sisi impor, EAEU menempati urutan ke 21 sebagai asal impor Indonesia dari dunia berdasarkan data dari Trademap. Impor terbesar Indonesia dari EAEU adalah bahan baku penolong dengan nilai 1.119,06 juta dolar Amerika pada tahun 2020. Berdasarkan data dari BPS, total impor Indonesia dari EAEU mencapai 1.247,25 juta dolar Amerika pada 2020 dan turun sebesar 19,72% dari tahun sebelumnya. Komoditi impor terbesar Indonesia dari EAEU adalah pupuk dan besi dengan nilai sebesar 649,85 juta dolar Amerika pada tahun 2020 dengan pangsa sebesar 52,1% dari total nilai impor Indonesia dari EAEU.
Berdasarkan hasil perhitungan daya saing dengan Bilateral Revealed Symetric Comparative Advantage (RSCA) Indonesia dengan EAEU diperoleh nilai RCA berkisar antara –0,745 hingga 0,954 pada periode perdagangan tahun 2017 hingga 2019. Tiga sektor Indonesia paling unggul di pasar EAEU adalah footwear, textiles, dan leathers.
Nilai TII yang didapat antara Indonesia dan EAEU berkisar antara 0 hingga 1,806. Sektor machinery dan vegetable products terbilang cukup intens diperdagangkan Indonesia dan EAEU dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.
Berdasarkan hasil TSI, sektor transportation, wood, stone/glass, metals, chemicals, dan mineral products berpotensi untuk dikembangkan pada perdagangan Indonesia dengan EAEU kedepannya.
Dari hasil TCI, EAEU memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memenuhi permintaan impor Indonesia dibandingkan Indonesia dalam memenuhi permintaan ekspor EAEU.
Berdasarkan perhitungan skenario PE liberalisasi moderate (80%), hasilnya terlihat lebih menguntungkan pada pihak Indonesia daripada EAEU. Impor EAEU dari Indonesia meningkat sebesar 100,4 juta dolar Amerika. Impor Indonesia dari EAEU akan meningkat sebesar 9,4 juta dolar Amerika. EAEU akan mengalami peningkatan kesejahteraan sebesar 3,4 juta dolar Amerika, sedangkan kesejahteraan yang dinikmati Indonesia adalah sebesar 254 ribu dolar Amerika.