Sejak dimulainya ASEAN Free Trade Area (AFTA)
pada tahun 1993 perdagangan intra ASEAN yang diharapkan tumbuh cepat ternyata
berjalan lamban. Sebagai suatu kerjasama regional di kawasan Asia Tenggara,
ASEAN tumbuh menjadi kawasan ekonomi yang kompetitif di dunia. Gross
domestic product (GDP) negara ASEAN menempati peringkat ke-7 terbesar di
dunia dan terbesar ke-3 di Asia. (Sekretariat ASEAN, 2015). Selain itu ASEAN
juga berkembang menjadi salah satu tujuan utama investasi dunia. Hal ini
terlihat dari adanya dana investasi asing yang masuk ke ASEAN sebesar 136 juta
US$ pada tahun 2014. Dalam bidang perdagangan ASEAN juga mencatat prestasi yang
luar biasa dimana dari tahun 2007 sampai dengan 2014 nilai total perdagangan
meningkat hampir 1 triliun Dollar Amerika, yang mana share terbesarnya
berasal dari perdagangan intra-ASEAN sebesar 24,1 persen. Sekretaris Jenderal
ASEAN mengharapkan perdagangan intra ASEAN dapat meningkat sampai 30 persen
pada tahun 2020.
Namun berdasarkan data ASEAN Secretariat tahun
2016, perdagangan intra-ASEAN mengalami stagnasi dikisaran 20-24 persen selama
beberapa kurun waktu terakhir, meskipun hambatan tarif sudah mendekati zero
tariff. Seiring dengan telah diterapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada
tanggal 31 Desember 2015,
diharapkan perdagangan intra
ASEAN dapat tumbuh
menjadi 30 persen di tahun 2020
dari yang sebelumnya hanya sekitar 24 persen. Indonesia sebagai negara dengan
kontribusi terbesar dalam GDP terbesar di ASEAN diharapkan dapat mempunyai
peran yang besar dalam rangka meningkatkan perdagangan intra ASEAN.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
kinerja perdagangan intra ASEAN dan posisi daya saing Indonesia di antara
negara ASEAN lainnya. Selain itu juga untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi perdagangan intra ASEAN. Analisis ini juga akan menganalisis kesuksesan
kerjasama perdagangan intra ASEAN. Ini semua dilakukan menggunakan metode
indeks RCA dan IIT yang digunakan untuk menganalisis kinerja perdagangan, serta
analisis gravity model data panel yang pada akhirnya akan diperhitungkan
menjadi indeks kesuksesan integrasi perdagangan ASEAN yang diperoleh dengan
membandingkan aliran perdagangan aktual dengan potensial dari gravity model yang
diestimasi.
Dari analisis yang telah dilakukan,
didapatkannya beberapa kesimpulan yang dapat digunakan untuk keperluan
pemerintah Indonesia dalam menyikapi perdagangan dengan negara-negara ASEAN. Berdasarkan
perhitungan RCA dan IIT maka produk yang dapat mendorong perdagangan intra
ASEAN dan Indonesia dapat berperan besar dalam ASEAN adalah Passenger Motor
Cars. Indonesia perlu mendorong integrasi ASEAN untuk produk Processed
Food and Beverages (BEC 12) dan Parts and Accessories Transport
Equipment (BEC 53). Berdasarkan gravity model, faktor yang
mempengaruhi peningkatan perdagangan intra ASEAN adalah jarak, GDP, populasi, Logistic
Performance Index, dan tata kelola pemerintah. Berdasarkan Integration
Success Index, tidak semua negara ASEAN dapat berpartisipasi dalam ASEAN.
Tingkat integrasi ASEAN perlu memperhitungkan pola perdagangan ASEAN untuk
masing-masing produk dan kemampuan negara ASEAN secara individu untuk
berintegrasi pada masing-masing produk.
Selain itu, dari
analisis yang telah dilakukan juga didapatkan beberapa rekomendasi yang dapat
diambil oleh keperluan pemerintah Indonesia dalam menyikapi perdagangan dengan
negara-negara ASEAN. Indonesia perlu mengembangkan dan berpartisipai aktif
dalam mendorong priority integration sector untuk produk otomotif, dan
makanan minuman. Selain itu ASEAN perlu mendorong peningkatan fasilitasi
perdagangan antar negara ASEAN. ASEAN juga dinilai perlu mengidentifikasi
kendala integrasi pada masing-masing produk secara detail agar dapat
memfasilitasi masing-masing negara untuk berpartisipasi dalam integrasi ASEAN.