Struktur ekspor Indonesia masih didominasi oleh komoditas dan produk primer yang rentan terhadap fluktuasi harga. Hal ini mengakibatkan hilangnya potensi nilai tambah dari proses hilirisasi dan industrialisasi yang berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam mendorong transformasi struktur ekspor Indonesia ke arah produk yang bernilai tambah, Pusat Pengkajian Perdagangan Luar Negeri melakukan Kajian Transformasi Struktur Ekspor Indonesia yang bertujuan untuk memetakan dan menganalisis struktur ekspor Indonesia serta menganalisis kebijakan yang mendukung dan menghambat transformasi struktur ekspor Indonesia. Dengan menggunakan metode analisis indeks daya saing RCA berdasarkan gross export dan value addded, CMSA, indeks partisipasi GVC serta Matrix BCG, diperoleh kesimpulan bahwa Indonesia masih didominasi oleh struktur ekspor produk yang memiliki low R&D intensity dan belum menunjukkan kinerja yang cukup baik di sektor high R&D intensity. Meskipun demikian Indonesia mulai menunjukkan transformasi ke arah sektor manufacture medium-low, medium, dan medium-high R&D intensity. Indonesia juga memiliki keunggulan dan daya saing di beberapa sektor yakni Manufacture Medium (Basic metals), Manufacture Medium High (Chemical dan Pharmaceutical), dan Manufacture Medium Low (Food and beverage, dan Paper and printing). Oleh karena itu Indonesia harus terus melakukan spesialisasi khusus di sektor yang unggul tersebut. Dalam rangka mendukung percepatan transformasi diperlukan dukungan kebijakan yang lebih fleksibel dalam memberi kemudahan impor bagi bahan baku penolong terutama yang produknya di dalam negeri belum memenuhi spesifikasi dan standar. Selain itu perlu adanya review atas kebijakan lartas yang dianggap membebani ekspor serta perlunya pemberlakuan SNI wajib guna melindungi produk dalam negeri.