Kontribusi UMKM dalam ekspor nasional harus dipandang secara lebih luas dengan mempertimbangkan kontribusi langsung dan kontribusi tidak langsung. Dengan demikian strategi untuk meningkatkan kontribusi ekspor UMKM tidak selalu dapat diartikan sebagai upaya mendorong UMKM untuk mengekspor produknya, melainkan dapat juga dilakukan dengan meningkatkan partisipasi UMKM dalam domestic value chain dengan perusahaan besar yang berorientasi ekspor. Untuk meningkatkan kontribusi UMKM dalam ekspor nasional, pemerintah perlu mempertimbangkan kebijakan yang disesuaikan dengan karakter dari UMKM. Beberapa opsi kebijakan yang dapat diambil diantaranya adalah pendekatan aglomerasi untuk UMKM manufaktur, perbaikan packaging dan shelf life untuk UMKM pada industri tradisional seperti pengolahan pangan. Kebijakan yang bersifat spesifik tersebut juga dapat dirumuskan berbasiskan life cycle UMKM, dengan mempertimbangkan adanya UMKM yang memiliki karakter born-global yang umumnya ditemukan pada UMKM yang berbasiskan teknologi digital.
Kementerian Perdagangan memiliki peran yang sentral dalam pengembangan UMKM ekspor dalam berbagai aspek. Pertama pada aspek produksi, Kemendag dapat mengambil peran dalam menjamin ketersediaan pasokan bahan baku. Kedua, Kemendag dapat mendorong proses link and match antara UMKM dan usaha besar atau aggregator sebagai channel dalam melakukan ekspor dan atau mengoptimalkan kebijakan eksisting seperti TKDN dengan pendekatan localization of supply chain. Ketiga dalam aspek pemasaran, Kemendag dapat meningkatkan akses UMKM ke pasar global melalui perjanjian perdagangan internasional, memberikan Market Intelligence untuk UMKM melalui informasi yang didapatkan dari atase perdagangan dan ITPC, pendampingan kepada UMKM dalam proses ekspor dan sertifikasi, dan optimalisasi trading house, expo, dan business matching sebagai channel pemasaran UMKM.